Setiap kali kau kudekati
suara jiwaku sering menyebut namamu
dan aku selalu mendakap dadamu
walaupun aku bukan sang penyair
tapi masih kutarikan seribu tarian tinta
masih kumenukang bait-bait kata
masih kuberkarya dan bercerita
tentang kehidupan, tentang kita.
Kita sebenarnya adalah
satu jiwa dalam dua warna
kau adalah aku dan aku adalah kau
haruskah aku membiarkan cita-citaku
terkubur bersamamu
jadi pusara yang tidak bernisan?
tapi telah kupastikan di sini
hubunganmu antara kami akan berakhir
dan perpisahan pasti terjadi
hanya tembok takdir dan waktu
menjadi penentu
kerana tiada kami
dan tiada anak cucu kami
tiadamu
puisi.