Tiada kata secantik bahasa. Kalau ditinjau lagu dendangan legenda asal Singapura seperti Sanisah Huri, Rahimah Rahim dan Allahyarhamha Toh Puan Setia Datin Rafeah Buang, terdapat sanjungan pada pepatah dan peribahasa Melayu mahupun pantang larang kepercayaan orang Melayu. Ikuti lirik dalam lagu mereka.
Pesan orang tua
Ciptaan: Tengku Asmawi
Lirik: Rafeah Buang
Dendangan Rafeah Buang
Kata orang tua
Anak dara menyanyi di dapur
Kalau dapat suamiBoleh dipanggil ayah
Pesannya lagi
Jangan suka duduk muka pintu
Agar usah berulang
Gadis berputus tunang
Sekarang ini zaman mini
Anak muda rambut ke bahu
Dapatkah lagi diterima lagi
Pesan yang begitu
Kata orang tua
Anak dara menyanyi di dapur
Kalau dapat suami
Boleh dipanggil ayah
Sekarang ini zaman mini
Anak muda rambut ke bahu
Dapatkah lagi diterima lagi
Pesan yang begitu
Lagu peribahasa
Ciptaan: Kassim Masdor
Lirik: Yusnor Ef
Nyanyian Sanisah Huri
Dengar pepatah dulu-dulu
Kini ku susun jadi lagu
Inilah pusaka peribahasa
Jangan dilupa setiap masa pusaka bangsa kita
Jangan diikut resmi lalang
Tegak berdiri tiada guna
Ikutlah saja resmi padi
menunduk dan berisi
Jangan diikut resmi ayam
Telur sebiji riuh sekampung
Ikutlah contoh resmi penyu
Banyak bertelur tapi tak riuh
Berhati-hati di air tenang
Berhati-hati di air tenang
di situ terdapat bahaya
Tidak disangka air yang tenang
tapi ada buaya
Ingatlah-ingat wahai teman
Itulah peribahasa kita
Yang ditinggalkan oleh orang tua
dari zaman berzaman..
Jangan diikut resmi ayam
Telur sebiji riuh sekampung
Ikutlah contoh resmi penyu
Banyak bertelur tapi tak riuh
Berhati-hati di air tenang
Berhati-hati di air tenang
di situ terdapat bahaya
Tidak disangka air yang
tenang tapi ada buaya
Ingatlah-ingat wahai teman
Itulah peribahasa kita
Yang ditinggalkan oleh orang tua
dari zaman berzaman
Sekadar peribahasa
Ciptaan: Othman Muhammad
Lirik: Habsah Hassan
Dendangan Rahimah Rahim
Jika diri tak berani dipukul badai
Jangan cuba berumah di tepian pantai
Terbang enggang bersama enggang
Pipit tetap ke tepi jua
Begitulah lazimnya hidup di dunia
Lain hulu maka lain pula parangnya
Lain dulu kini lain pula hatinya
Sang kerbau dipegang talinya
Manusia pada janjinya
Sayangnya itu sekadar peribahasa
Niat dalam hati
Gunung nak didaki
Bak kaca berkecai hasratku tak sampai
Bersama kita berperahu di lautan bergelombang
Karam berdua yang lemas ku seorang
Kata orang bila ada gading bertuah
Tentu tanduk tidak lagi ada gunanya
Harap panas hingga ke petang
Sayang hujan di tengah hari
Apakah mungkin yang patah kan tumbuh lagi?