ENCIK Burhan Mohamed begitu sayu apabila kakinya melangkah perlahan, setapak demi setapak, dari satu pintu ke satu pintu di Jalan Pisang, dekat Arab Street.
Beliau tidak putus-putus bercerita - bak perpustakaan bergerak - mengenai sejarah di balik deretan rumah kedai di jalan seribu kenangan dan pernah menjadi pusat kehidupan dan kegiatan ekonomi orang Banjar yang merantau ke sini dari Banjarmasin, Kalimantan, pada lewat 1880-an itu.