KETIKA cahaya mentari menembusi ruang kamarnya dan menyilaukan matanya, anak itu sudah terjaga dan setia menanti. Tiada saat yang lebih indah selain duduk di ambang jendela, merehatkan siku di bingkainya, memandang jauh dan menanti kehadirannya.
Dua ekor kucing saling berkejaran di tepi jalan, kemudian kedua-duanya melompat masuk ke dalam longkang. Anak itu sekadar memerhatikan kucing- kucing itu sambil tersengih. Di hatinya tersimpan rasa iri yang meluap-luap. Seandainya, dia dapat menjadi seperti seekor kucing, pasti dia dapat turut menikmati rasa kebebasan, bebas bermain dengan sesiapapun, bebas berlari ke mana pun seperti dunia ini tiada penghujungnya.