Aku susuri sunyi malam, di bibirmu ada darah luka yang mengalir ke laut. Biarpun begitu, kau merasa asyik dan pasrah dikucup ombak yang melandai, membiarkan anak-anak ikan tamban berenang mengejar bulan yang tenggelam di dadamu. Sepoi bayu tidak meredakan kebisingan selorong jalan itu, berbondong-bondong lelaki perempuan tergelak, di sana sini orang-orang sibuk mencari dirinya di bawah tiang lampu dan akhirnya mereka tenggelam ke dalam kolam malam yang pekat dan hitam.
Di warung Satay Club, ada madah rindu bercelaru dari kepulan-kepulan asap rokok seorang pemburu cinta yang senantiasa menunggu mangsa. Asmara begitu murah dijaja atas alasan nasib, membiarkan sayap-sayap kasih bebas berterbangan. Maruah bagai sehelai kertas yang dikoyak-koyak, digumal lumat dan kemudian diinjak sepatu-sepatu najis di jalanan. Kau terlontar semulai ke laut bagai anak-anak ikan dipukul gelombang ke dinding perahu, terhantuk dan terapung di antara buih-buih air yang kembali ke pantai.