Bahasa & Budaya
Share on FacebookShare on TelegramShare on WhatsApp
Purchase this articleDapatkan artikel ini
untuk diterbitkan semula
Premium

Sang Pemikir Yang Sepi

Apr 16, 2017 | 5:30 AM
-

Ini bukan satu fenomena sang pemikir yang sepi seperti aku membaca wajah kosong dan suara tersekat di kerongkong tapi ini satu gejala yang telah lama aku tidak mendengarnya batu-batu dan bunga-bunga yang berbisik bahasa kesedihan betapa sulitnya hidup yang bergelumang dengan kesunyian wahai pintu hati, mengapa begitu lama tidak juga terbuka sedangkan ia tidak berkunci, ruang tamu yang menanti sekian waktu membiarkan dia datang dan pergi seperti unggas menghinggap dan terbang lagi.

Tapi katamu aku harus membiarkan pintu itu terbuka agar segala milikku tetap dapat dilihat dan bertambah mengundang tetamu datang dari luar berbagai daerah sebagai seorang pemikir tentunya aku bertanya tanya wahai tetamuku, wajarkah aku membiarkan pengaruhmu datang dan pergi seperti angin tanpa kesan, tanpa keizinan mengkhabarkan tentang langit senja atau ombak samudera melihat aku laksana kapal yang bertarung ribut musim hidup berpandukan bintang-bintang di langit malam darah dan urat sarafku diserap wajah alam yang sepi berkematuk dalam kamar diri, dinding pintu ternganga agar saling mengenali diri dan siapa pula di luar sana.

Share on FacebookShare on TelegramShare on WhatsAppPurchase this article
Man IconQuiz LogoUji pengetahuan anda dalam bahasa Melayu
  • undefined-menu-icon
  • undefined-menu-icon

Khidmat pelangganan

6388-3838

Meja Berita

Anda ada maklumat mengenai sesuatu berita menarik?
E-mel: bhnews@sph.com.sg