DENGAN wajah penuh ketekunan, Nur Izzati Ismail menghembus nafas dan melontar bola logam ke arah bulatan merah, sekitar lima meter di depannya.
Seperti beberapa bola lain yang dilontarnya sebelum itu, bola itu bergolek perlahan-lahan di atas permukaan pasir sebelum berhenti di tengah-tengah bulatan.